Tradisi
ini mungkin tak jauh beda namanya dengan tradisi sedekah bumi. Di sini di dusun
Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk kami menyebut tradisi ini dengan sebutan “nyadranan”.
Kegiatan ini sudah turun-temurun terus dijalankan, setiap tahun setelah hasil
panen cukup melimpah acara ini akan selalu di adakan kira-kira pada bulan Mei.
Kegiatan
“nyadranan” yaitu kegiatan yang cukup sakral di dusun Mlaten,Blitaran kabupaten
Nganjuk. Mungkin tidak hanya sakral untuk dusun Mlaten tetapi desa-desa lain
yang masih memiliki tradisi serupa juga menyebut kegiatan ini sakral. Penentuan
tanggal di bulan Mei untuk acara “nyadranan” juga di tentukan oleh para sesepuh
dusun Mlaten,Blitaran, mereka masih mempercayai hari-hari baik dalam tanggalan
jawa untuk kegiatan sakral tersebut. Setelah tanggal sudah ditentukan, setiap
warga di dusun Mlaten,Blitaran wajib membawa makanan atau tumpeng saat acara
“nyadranan”. Adapun syarat untuk nasi tumpeng yang dibawa yaitu setiap nasi
tumpeng dengan tambahan lauk ayam bakar.
Pagi
hari saat acara “nyadranan” dimulai setiap kepala keluarga atau bapak-bapak
membawa nasi tumpeng yang sudah menjadi syarat lalu mereka berkumpul di suatu
tempat yang bernama punden. Dan untuk sesepuh desa pada saat acara di punden
mereka di wajibkan membawa beberapa wayang, seperti wayang Pandawa lima.
Membawa wayang ini wajib dilakukan jika tidak dusun Mlaten,Blitaran kabupaten
Nganjuk akan mengalami sesuatu musibah jika melangar aturan yang sudah
turun-temurun dilakukan. Jika semua kepala keluarga di dusun Mlaten,Blitaran
sudah berkumpul acara “nyadranan” bisa mulai dilakukan. Pertama-tama para
sesepuh desa dengan seorang kyai mulai berdoa, dan mengucap puji syukur kepada
Tuhan karena panen tahun ini cukup melimpah. Acara sakral ini berlangsung
sekitar satu jam. Setelah acara berdoa selesai bapak-bapak melanjutkan acaranya
yaitu memakan tumpeng bersama-sama di dalam punden. Mereka memakan tumpeng
tersebut hanya sebagai syarat jika tidak habis mereka bisa membawanya pulang
untuk keluarga di rumah. Dan akhir acara untuk pagi haridi tutup dengan
bersalam-salaman dengan semua orang yang berada di punden.
Acara
“nyadranan” di dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk belum berakhir sampai disini.
Setelah pagi hari di isi dengan acara sakral pada sore hari hingga dini hari
acara “nyadranan” akan di isi dengan pertunjukan wayang kulit. Sore hari
sebelum acara puncak dari “nyadranan” yaitu wayang kulit, warga dusun
Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk di isi dengan acara menyanyi campursari.
Warga dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk begitu menikmati acara pada sore
hari ini. Semua warga mulai dari bapak.ibu, anak-anak maupun orang tua yang
ingin merasakan kemeriahan acara “nyadranan” begitu tumpah ruah.
Semakin
malam acara “nyadranan” semakin ramai. Anak-anak kecil juga seperti tak ingin
bergegas untuk pulang, mereka sangat terhibur dengan acara ini. Sekitar pukul
sembilan malam acara inti yaitu pertunjukan wayang kulit di mulai. Para sinden
mulai menyanyikan lagu dengan alunan musik yang di iringi dengan tabuhan
gamelan. Perpaduan antara suara indah sinden dengan alunan gamelan membuat
semua warga dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk terhibur. Tidak hanya warga
dusun Mlaten,Blitaran ada juga dari dusun lain yang masih tetangga dengan dusun
Mlaten,Blitaran mereka datang antusias untukmelihat pertunjukan wayang kulit
yang hanya di adakan saat perayaan “nyadranan” yang hanya satu tahun sekali.
Pak
dalang telah duduk di tempatnya, dan acara wayang dimulai. Jejeran yaitu
pengenalan cerita wayang yang akan di bawakan, setelah sedikit pengenalan
cerita dilanjutkan nyanyian lagi oleh
para sinden yang lagunya di minta oleh. Semakin malam hari sekitar pukul sepuluh
baik anak kecil hingga orang tua masih betah untuk menikmati pertunjukan wayang kulit.
Setelah
acara nyanyian dari sinden-sinden, acara wayang kulit dilanjutkan oleh dalang.
Goro-goro atau permasalah muncul dalam cerita wayang kulit yang dibawakan,
acara ini terus berlanjut hingga usai atau hingga dini hari akan berakhir.
Semakin malam udara di dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk yang semakin
dingin tak menyurutkan antusias mereka untuk melihat pertunjukan wayang kulit
hingga berakhir.
Acara
“nyadranan” ini akan selalu di lestarikan oleh warga dusun Mlaten,Blitaran
kabupaten Nganjuk. Sebuah kewajiban bagi mereka untuk melakukan acara
“nyadranan” ini, meskipun warga dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk sudah
modern tetapi adat istiadat ini akan selalu mereka lestarikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar