Jumat, 27 September 2013

Nyadranan


           Tradisi ini mungkin tak jauh beda namanya dengan tradisi sedekah bumi. Di sini di dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk kami menyebut tradisi ini dengan sebutan “nyadranan”. Kegiatan ini sudah turun-temurun terus dijalankan, setiap tahun setelah hasil panen cukup melimpah acara ini akan selalu di adakan kira-kira pada bulan Mei.
            Kegiatan “nyadranan” yaitu kegiatan yang cukup sakral di dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk. Mungkin tidak hanya sakral untuk dusun Mlaten tetapi desa-desa lain yang masih memiliki tradisi serupa juga menyebut kegiatan ini sakral. Penentuan tanggal di bulan Mei untuk acara “nyadranan” juga di tentukan oleh para sesepuh dusun Mlaten,Blitaran, mereka masih mempercayai hari-hari baik dalam tanggalan jawa untuk kegiatan sakral tersebut. Setelah tanggal sudah ditentukan, setiap warga di dusun Mlaten,Blitaran wajib membawa makanan atau tumpeng saat acara “nyadranan”. Adapun syarat untuk nasi tumpeng yang dibawa yaitu setiap nasi tumpeng dengan tambahan lauk ayam bakar.
               Pagi hari saat acara “nyadranan” dimulai setiap kepala keluarga atau bapak-bapak membawa nasi tumpeng yang sudah menjadi syarat lalu mereka berkumpul di suatu tempat yang bernama punden. Dan untuk sesepuh desa pada saat acara di punden mereka di wajibkan membawa beberapa wayang, seperti wayang Pandawa lima. Membawa wayang ini wajib dilakukan jika tidak dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk akan mengalami sesuatu musibah jika melangar aturan yang sudah turun-temurun dilakukan. Jika semua kepala keluarga di dusun Mlaten,Blitaran sudah berkumpul acara “nyadranan” bisa mulai dilakukan. Pertama-tama para sesepuh desa dengan seorang kyai mulai berdoa, dan mengucap puji syukur kepada Tuhan karena panen tahun ini cukup melimpah. Acara sakral ini berlangsung sekitar satu jam. Setelah acara berdoa selesai bapak-bapak melanjutkan acaranya yaitu memakan tumpeng bersama-sama di dalam punden. Mereka memakan tumpeng tersebut hanya sebagai syarat jika tidak habis mereka bisa membawanya pulang untuk keluarga di rumah. Dan akhir acara untuk pagi haridi tutup dengan bersalam-salaman dengan semua orang yang berada di punden.
            Acara “nyadranan” di dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk belum berakhir sampai disini. Setelah pagi hari di isi dengan acara sakral pada sore hari hingga dini hari acara “nyadranan” akan di isi dengan pertunjukan wayang kulit. Sore hari sebelum acara puncak dari “nyadranan” yaitu wayang kulit, warga dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk di isi dengan acara menyanyi campursari. Warga dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk begitu menikmati acara pada sore hari ini. Semua warga mulai dari bapak.ibu, anak-anak maupun orang tua yang ingin merasakan kemeriahan acara “nyadranan” begitu tumpah ruah.
            Semakin malam acara “nyadranan” semakin ramai. Anak-anak kecil juga seperti tak ingin bergegas untuk pulang, mereka sangat terhibur dengan acara ini. Sekitar pukul sembilan malam acara inti yaitu pertunjukan wayang kulit di mulai. Para sinden mulai menyanyikan lagu dengan alunan musik yang di iringi dengan tabuhan gamelan. Perpaduan antara suara indah sinden dengan alunan gamelan membuat semua warga dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk terhibur. Tidak hanya warga dusun Mlaten,Blitaran ada juga dari dusun lain yang masih tetangga dengan dusun Mlaten,Blitaran mereka datang antusias untukmelihat pertunjukan wayang kulit yang hanya di adakan saat perayaan “nyadranan” yang hanya satu tahun sekali.
            Pak dalang telah duduk di tempatnya, dan acara wayang dimulai. Jejeran yaitu pengenalan cerita wayang yang akan di bawakan, setelah sedikit pengenalan cerita  dilanjutkan nyanyian lagi oleh para sinden yang lagunya di minta oleh. Semakin malam hari sekitar pukul sepuluh baik anak kecil hingga orang tua masih betah untuk menikmati pertunjukan  wayang kulit.
            Setelah acara nyanyian dari sinden-sinden, acara wayang kulit dilanjutkan oleh dalang. Goro-goro atau permasalah muncul dalam cerita wayang kulit yang dibawakan, acara ini terus berlanjut hingga usai atau hingga dini hari akan berakhir. Semakin malam udara di dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk yang semakin dingin tak menyurutkan antusias mereka untuk melihat pertunjukan wayang kulit hingga berakhir.    
              Acara “nyadranan” ini akan selalu di lestarikan oleh warga dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk. Sebuah kewajiban bagi mereka untuk melakukan acara “nyadranan” ini, meskipun warga dusun Mlaten,Blitaran kabupaten Nganjuk sudah modern tetapi adat istiadat ini akan selalu mereka lestarikan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

my story