Aku melihat namaku pada sembilan kertas yang sengaja tertempel di
dinding. Ada banyak anak sedang melihatnya, begitu juga denganku. Kucari dengan
teliti mulai dari kelas 7 A sampai E aku tidak berhasil menemukan namaku. Ku
lihat pelan-pelan dan ku yakinkan namaku berada di kelas 7 F. Tanpa mengetahui
kelasnya aku mencoba mencarinya. Aku berjalan seperti di lorong ada banyak
kelas di sisi kananku, aku mencoba mendekat dan melihat papan di atas pintu
kelas 7 A, B, C, D, E di lantai satu hanya ada kelas sampai E aku berfikir
kelasku berada di lantai dua. Aku berputar dan menuju tangga, tangga terletak
di sebelah kelas 7 A. Aku terkejut di lantai dua kelas 7 mulai dari G hingga I.
“
dimana kelas 7 F ? ”tanyaku dan tiada orang yang mendengarnya.
Tanpa
pikir panjang aku turun ke lantai satu, ada teman SD ku yang menghampiriku.
“
kamu kelas mana li ? “
“
kelas 7 F, kamu dimana ? “
“
sama aku juga di kelas 7 F, ngapain kamu ke atas kelasnya di bawah! “
“
di bawah dimana nif ? “
“
ayo bareng ma aku ke kelas “
Kami
berjalan melewati kelas yang sudah aku lewati terlebih dahulu, setelah 7 E dan
sedikit berbelok di kiri lalu ke kanan dan aku menemukan kelas 7 F. Hanif pun
tak memikirkan aku lagi dia langsung duduk sendiri tanpa menghiraukanku. Begitu
juga denganku, aku mencari duduk sendiri. Aku melihat sekeliling kelasku “lumayan
besar” geramku pelan.
Aku
terpilih menjadi wakil kelas dengan di pilih oleh teman-temanku. Aku memiliki
wali kelas yang amat sangat membosankan, hampir setiap waktu dia selalu merias
dirinya. Mungkin alat make up nya sangat
banyak. Menjabat sebagai wakil kelas tidak membuatku sombong, tetapi secara
tidak langsung aku sedikit famous selain itu aku mudah bergaul dengan siapa
pun.
Pelajaran
matematika yang menurutku pelajaran yang menakutkan, saat kelas 7 aku merasa
bisa. Karena guru pengajarnya yang baik dan dia tau kondisiku bisa dibilang aku
akrab denganya. Di bidang non academic atau kegiatan ekstrakulikuler di sekolah
aku ikuti. Aku memilih ekstrakulikuler basket. Ya aku memilihnya mungkin aku
ingin tinggi dan terkesan lebih waah dibandingkan ekstrakulikuler yang lainnya.
Teman
kelasku Arvira Gusti atau yang lebih kusapa (phy) juga menggikuti
ekstrakulikuler basket dan terkadang kami sering berlatih basket bersama. Tidak
hanya kegiatan ekstrakulikuler terkadang saat jam istirahat kami pergi berdua
ke kantin. Karena phy imut dan cantik banyak kakak kelas yang menyukainya.
Contoh saja kakak Adit dia anak basket kelas 9. Tak lama mereka berpacaran. Phy
memberitahuku bahwa mereka sudah berpacaran dan aku hanya tersenyum bahagia
atau mungkin “iri” denganya.
Semenjak
phy berpacaran dengan kakak Adit, aku sering berada di dekat nongkrongan kakak
Adit. Meskipun aku tidak kagok ke sana karena kami semua anak basket, walaupun
begitu aku junior dan mereka senior. Kakak Adit terkadang bersikap aku seperti
temanku sendiri dan tidak hanya itu pada saat kami ke kantin kak Adit
membelikanku makanan dan itu semakin membuatku malu apalagi situ aku hanya
menemani phy yang bertemu kak Adit.
Semua
siswa berhamburan meninggalkan kelas dan tak ku lupa aku meraih tasku di bangku
dan phy menghampiriku, kami berjalan berdua sampai gerbang sekolah.
“
pril, kamu tau anak basket yang namanya kak Ragil ? ”
“
enggak phy, kenapa ? “
“
enggak kenapa-napa tapii kayanya dia sukak deh sama kamu, waktu latihan
basket deh aku beritahu anaknya. Kamu masak gag tau anaknya dia kan
sedikit famous. “
“
dia temannya kak Adit phy ? “
“
yupps, anaknya ganteng kok dijamin. “
Phy
melambaikan tanganya dan dia pulang. Aku masih berada di gerbang sekolah dan
masih tidak percaya yang dikatakan phy kepadaku. Kaget mendengarnya, tapi happy
= ). Phy berhasil membuatku melamunkan kak Ragil dan membuat pipiku merah.
Benarkah dia menyukaiku ? tanyaku dalam hati yang tak henti, lalu aku menjawab
sendiri. Aku jelek, apa yang bagus dariku ? bukanya aku merendah tetapi itu
kenyataan. Ada perasaan yang aneh saat aku selalu memikirkan kak Ragil.
Hari minggu ada latihan basket, ini saatnya
aku melihat kak Ragil.
“
itu yang namanya kak Ragil, gantengkan ? “
Phy
menunjukan jarinya ke arah lapangan dan kak Ragil yang sedang memainkan bola
basketnya sendirian, memantulkan ketanah berulang-ulang kali.
“
itu phy ? iya ganteng “
Phy
berhasil membuat pipiku merah untuk kedua kalinya.
Pemanasaan
dimulai semua anggota melakukanya, tak terkecuali kak Ragil. Mengelilingi
lapangan yang sangat luas. Empat kali kami memutarinya dan saat itu pukul 15.00
WIB ya tentu saja panas. Setelah pemanasaan pelatih memberikan latihan ringan
yaitu bermain basket untuk siswi dan siswa hanya melihat dan ada yang sebagai
wasit.
Udara
yang panas, debu, keringat bercampur menjadi satu di permainan basket ku dan
teman-teman. Aku sangat bersemangat sampai-sampai aku jatuh tersungkur dan
membuat sedikit luka di lutut kanan kiriku. Aku tidak bisa meneruskan
permainan. Aku beristirahat di tempat yang teduh dan membersihkan lukaku dengan
air mineral. Tak kusangka kak Ragil menghampiriku, dia duduk tepat 5 jengkal di
sebelah kananku. Kami diam tanpa kata, mata kami hanya tertuju pada
pertandingan. Phy yang tidak ikut bermain dengan kak Adit jalan di depan ku dan
Ragil. Phy dan kak Adit berkata,
“
hem, malu-malu rek. Uda jangan jaim semua. “
Mereka
membuat Ragil malu begitu juga aku, tanpa apapun kak Ragil berdiri yang awalnya
duduk bersebelahan denganku. Dia sedikit melihat wajahku, aku ntak memalingkan
wajahku dan aku hanya tersenyum. Bukan tersenyum kepadanya tetapi ke arah phy
dan kak Adit.
Latihan
basket di akhiri alhasil kakiku sedikit pincang karena pertandingan tadi, aku
memutuskan untuk pulang sendiri tanpa di temani orang lain. Ada seorang
seniorku membujukku untuk pulang bersamanya tetapi aku menolaknya dengan halus.
Saat aku meninggalkan gerbang sekolah aku melihat wajah kak Ragil yang
menatapku. Kami saling menatap mata untuk sesaat, dan aku melihat sedikit rasa
cemas dimatanya. Setelah kurasa aku beberapa meter meninggalkan sekolah kulihat
dari kaca spion montorku dan aku tak melihat montor kak Ragil.
Setelah
kejadian kami saling duduk bersama dan kami bisu tanpa kata yang terucap di
mulut kami. Aku sering melihat kak Ragil, terkadang kami bertatapan mata untuk
kesekian kalinya dan aku mencoba memalingkan wajahku.
Aku
tak tahu mulai dari kediamanku atau kami tidak saling cocok. Aku merasa kak
Ragil sedikit menjauh dariku. Meskipun saat latihan basket, dia terlihat
sedikit berbeda di mataku. Yang terlihat menonjol adalah raut wajahnya
kepadaku, tingkah lakunya. Entah kabar darimana berasal dugaanku selama ini
benar. Ya kak Ragil tiba-tiba mempunyai kekasih. Hanya sedikit menusuk di
hatiku mengetahui hal yang membuat kak Ragil bahagia tak begitu bahagia untuk
ku.
End ..
ini yg macak itu yaa???
BalasHapushahahaha
hahaha itaz lo ..
BalasHapusBAGUS KAN KHAS SETELAH SAYA REFISI CEILEH
baagus baguss,,,:)
BalasHapushih itaz bauik bangetzz , sampe mau nangis :(
BalasHapus